Jadi Gini Rasanya Menjadi Freelancer

Freelancer = Bebaaaas!

Hola!

Saya masih ijo muda di dunia freelancer. Sebelumnya saya pernah nganggur berbulan-bulan, kerja kantoran bertahun-tahun, lalu sampailah pada kesempatan menjadi pekerja lepas.

Saat jadi pegawai, saya mendambakan menjadi freelancer. Enak gitu keknya lihat mereka yang terserah mau pakai baju apa (kantor saya punya aturan baju yang berbeda tiap harinya), ga perlu pakai heels dan make up segala rupa. Trus bisa kerja kapan saja dan di mana saja dengan project yang berubah-ubah.

Dinamis. Ya, saya suka pekerjaan yang dinamis. Tidak monoton dengan SOP yang saklek. Hal ini yang (mungkin) membuat saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari kantor idaman ribuan orang.

Nyatanya, seorang pekerja lepas tidak sesantai bayangan saya. Well, ya kita bebas mau pakai baju apa, kerja di mana, jam berapa, dsb yang penting kerjaan selesai. Nah! Kerjaan selesai ini sama dengan kita bisa begadang sampai pagi buat mengerjakan suatu project. Yang namanya masuk angin itu hal biasa bagi saya akibat sering begadang. Ditambah mata panda menghiasi wajah. Ugh!

Dari zaman sekolah juga udah diingetin supaya nyicil kerjaan. Jangan santai dan merasa deadline masih lama jadi menunda-nunda. Kadang saya nyicil, kadang kerjaan tiba-tiba datang dan klien minta cepet kelar dalam hitungan hari bahkan jam. Kalau udah begini saya nitip anak ke Bapake supaya dijagain dulu sementara saya fokus menyelesaikan tugas.

Saat bekerja di rumah, saya bebas mau pakai kaos, daster, atau kadang berselimut tebal karena dingin. Namun saat bertemu klien, saya harus memperhatikan penampilan. Pakaian sopan dan sesuai dress code. Biasanya nih cari warna pakaian yang mirip warna logo klien. Pakaian rapi dan sopan mencerminkan kita menghargai diri sendiri, klien, dan menunjukkan profesionalitas.

Masalah make-up, awalnya saya benar-benar bodo amat deh ya ga usah pakai. Lama-lama malu sendiri, seperti tidak menghargai diri. Sekarang lumayan lah setelah dapat endorse lipen jadi punya stok lipen buat keluar rumah. *uhuk

Balik lagi ke project. Ini hal besar yang membedakan saat menjadi pegawai dengan pekerjaan saya sekarang. Dulu saya dan tim membuat rencana kerja selama setahun kemudian di-breakdown perbulan. Jadi saya sudah ada gambaran mau ngapain aja tahun itu. Kalaupun ada agenda mendadak, frekuensinya jarang. Tipe pekerjaan yang saya lakukan mostly ya itu-itu saja. Kadang ada hal yang menarik, terutama saat ada fraud. *evil smirk.


Beda dengan pekerjaan saya sekarang yang penuh kejutan. Kebanyakan adalah job jangka pendek yang sehari selesai atau ada juga yang bisa sampai seminggu, sebulan, dan rekor terlama yaitu 4 bulan. Job ini datang di saat tak terduga. Alhamdulillah ada aja job yang mampir buat pekerja lepas amatir seperti saya. (Kalau ga ada yang mampir, ngubek-ubek lowongan kerja)

Tiap job punya job brief yang berbeda-beda sehingga menjadi suatu hal baru bagi saya tiap kali mengerjakan suatu pekerjaan. Saya pun menjadi tahu lebih luas dunia freelancer. Tipe pekerjaan di dunia ini banyaaaak sekali. Ada pekerjaan anti-mainstream yang saya sendiri heran kok ya kepikiran tugas seperti itu. Menarik! 

Selain itu ada etika yang harus saya perhatikan. Etika bersikap, berbicara, korespondensi di media sosial dan e-mail, juga etika dalam menerima project. Misal, memberi jeda waktu antara satu project dengan project lain yang setipe tapi beda brand. 

Dinamis. Hidup saya menjadi lebih dinamis dengan project yang berganti-ganti. Saya pun bisa menentukan job mana yang mau saya ambil dan mana yang kurang sreg. Lebih bisa idealis meski kadang ambil juga kalau kepepet :p

Dinamis juga terasa di bagian income. Kadang lancar mengalir, kadang invoice mampet. Enaknya pegawai tuh kerjaan selesai atau ga, tetap dibayar tiap bulan. Lha freelancer ya harus menyelesaikan pekerjaan sebelum mengajukan invoice. Ibaratnya kerjakan kewajiban terlebih dahulu sebelum menuntut hak. Ada juga sih klien yang membayar di depan. Justru ini yang bikin makin semangat kerja dan ada rasa ga enak, masa' udah dibayar tapi kitanya molor.

However, ada satu hal yang saya rindukan dari bekerja sebagai pegawai yaitu rekan kerja. Sebagian besar waktu saya bekerja di rumah, sendiri. Saya jarang bertemu dengan para pekerja lepas lainnya kecuali saat ada event. Palingan kami chit chat lewat aplikasi chatting di smartphone. Beda dengan saat di kantor yang pasti bertemu dengan rekan kerja. Mantan kantor saya itu orang-orangnya seru dan kompak. Saat bosan dengan pekerjaan, saya bisa mampir ngobrol dengan rekan yang lain. Ya selingan lah. Di akhir pekan kadang saya main ke rumah teman kantor (kuper si, ga punya teman lain). Yang asik saat natal, kami yang tidak merayakannya berkunjung ke teman-teman yang merayakannya. Ada belasan rumah yang kami kunjungi dalam sehari dan di tiap rumah harus makan. Beuh, pantas saja dulu pipi saya chubby.

Plus minus menjadi pekerja lepas yang saya rasakan tetap saya syukuri. Alhamdulillah bisa menghasilkan tambahan income buat keluarga, ada pengalaman baru, juga bertemu teman-teman baru dengan circle yang lebih luas. Semoga semangat ini terus menyala dan bisa menebar manfaat bagi masyarakat.

G, 6 Mei 2017

Comments

  1. Wah kasih tips dong mba dapet job freelance nya dimana? Aku pun ingin mengikutu jejakmu, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Macem-macem, dari teman sesama freelancer, dari grup di Facebook, komunitas, dll.

      Delete
  2. waaaa sama freelancer yang paling seru kegiatannya apa Mbak?

    ReplyDelete
  3. Kayaknya seih seru ya, saya pernah mupeng banget jd freelance, tapi... tetap harus bersyukur dengan pekerjaan yg ada,hehehe

    ReplyDelete
  4. Wah asyik ya ibu sid, jd bisa menikmati hidup. Bisa bareng trus sma sid plus menghasilkan juga.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts